Sabtu, 28 Januari 2012

Kemesraan yang Diimpikan

"Sesungguhnya dibalik kebesaran Aisyah, ada suami yang dengan sabar mendidiknya. Di balik kemesraan-kemesraannya, ada kelembutan suami yang senantiasa memahaminya. Tanpa itu......kemesraan tinggalah impian"
Jika kita bertanya tentang pendamping hidup yang sempurna, seakan-akan kulihat Aisyah rh. Dialah istri Nabi SAW yang banyak menimbulkan takjub pada hati yang merindukan kemesraan. Dia pula istri Nabi yang kecerdasannya membuat para malaikat berdatangan kepadanya untuk belajar. Bila orang membicarakannya, kita selalu teringat akan peristiwa bagaimana ia berkejar-kejaran mesra dengan suaminya, Muhammad SAW. Bila orang mendengar julukannya, Humaira (orang yang pipinya merah) terbayang rumah tangga yang romantis menggemaskan.
Kisah kemesraan Aisyah membangkitkan kerinduan kita kepada rumahtangga yang penuh cinta. Orang yang baru menikah /apalagi yang belum akan segera diliputi impian tentang istri yang manja dan menggemaskan. Bayang-bayang tentang suasana romantis itu sayangnya tidak diimbangi dengan membayangkan kecemburuannya yang sangat besar. Sehingga di saat kita bermimpi tentang perkawinan yang penuh canda, istri kita menelungkupkan wajah karena duka, sementara dada suami penuh gejolak amarah. Sebabnya sederhana, kita siap dengan romantisnya tetapi tidak siap dengan rasa cemburu dan kecurigaannya (meski kadang tidak mendasar).
Terkadang, yang menyebabkan kita merasa kecewa bukanlah karena pasangan kita yang menjengkelkan, melainkan harapan yang tidak berimbang. Suami berharap mendapat istri seperti Aisyah, tetapi tidak siap dengan cemburunya yang begitu besar. Kita berharap mempunyai istri yang sangat cerdas, tetapi suami tidak siap membimbingnya.
Sesungguhnya di balik kebesaran Aisyah, ada suami yang dengan sabar mendidiknya. Di balik kemesraan-kemesraannya ada suami yang lembut dan berusaha memahaminya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar