Selasa, 14 Februari 2012

Jadikan Dia Imamku

Ya Allah...

Yang Maha Pemurah...
Terima kasih Engkau telah menciptakan dia...
dan mempertemukan ku dengannya.

Terima kasih untuk saat-saat indah..
yang dapat kami nikmati bersama.

Terima kasih untuk setiap pertemuan
yang dapat kami lalui bersama.

Ku datang bersujud dihadapanMU...
Sucikan hati ini ya Allah ...
Sehingga dapat melaksanakan kehendak dan rencanaMU dalam hidupku..

Ya Allah,
Jika aku bukan pemilik tulang rusuknya,
Janganlah biarkan aku merindukan kehadirannya...
Janganlah biarkan ku, melabuhkan hati ku dihatinya..
Kikislah pesonanya dari pelupuk mataku dan jauhkan dia dari relung hatiku...

Gantilah damba kerinduan dan cinta yang bersemayam didada ini dengan kasih dari padaMU yang tulus murni...
dan tolonglah agar dapat ku mengasihinya sebagai sahabat.

Tetapi jika Engkau ciptakan dia untukku ya Robb...
Maka satukan lah hati kami...
Bantulah diriku untuk mencintai, mengerti dan menerima dia seutuhnya...
Berikan ku kesabaran, ketekunan dan kesungguhan untuk memenangkan hatinya...

Ridhoi dia...

Agar dia juga mencintai, mengerti dan mau menerima diri ini dengan segala kelebihan dan kekuranganku

Sebagaimana telah Engkau ciptakan...

Yakinkanlah dia agar sungguh-sungguh mencintai dan rela membagi suka dan duka dengan diriku...

Ya Allah Maha Pengasih, dengarkanlah doaku ini...

Lepaskanlah diri ini dari keraguan ,biarkan diri ini hanya menurut kasih dan kehendakMU...

Ya Allah yang Maha kekal,

Engkau yang senantiasa memberikan yang terbaik untukku...

Luka dan keraguan yang ku alami, pasti ada hikmahnya.

Pergumulan ini mengajarkan ku untuk hidup makin dekat kepadaMU untuk lebih peka terhadap suaraMU yang membimbing ku menuju terangMU...

Ajarkan ku untuk tetap setia dan sabar menanti tibanya waktu yang telah Engkau tentukan....

Jadikanlah kehendakMU dan bukan kehendak ku yang menjadi dalam setiap bagian hidupku...

Ya Allah, Hanya Engkau yang Maha mendengar dan mengabulkan permohonanku.

Izinkan Ku bertahta diHatinya Sebagai Imamku di dunia..

Aamiin ya Robb..(Sumber Strawbery)

Sabtu, 11 Februari 2012

MENARI INDAH DI ATAS KEGELISAHAN

Sahabatku yang hatinya gelisah, katakanlah ini sebagai kalimatmu sendiri …

Tuhanku Yang Maha Membuka pengertian,

Kegelisahan adalah getaran perasaan tidak nyaman yang seharusnya membuatku tak berlama-lama bertahan dalam keadaan yang tidak baik.

Tapi aku lebih sering memperhatikan dan mengeluhkan kegelisahan, daripada mengerti mengapa aku digelisahkan.

Ibundaku bekerja keras menumbuhkanku untuk menjadi anaknya yang sehat dan berperilaku baik, karena dia gelisah mengenai masa depanku. Dia lupa mengenai kegelisahannya sendiri, karena - bekerja karena menggelisahkan kebaikanku - lebih penting baginya.

Sesungguhnya, hari ini adalah giliranku untuk menggelisahkan kebaikan ibundaku, ayahandaku, pasanganku, dan anak-anakku, di atas kegelisahanku sendiri.

Karena,

Jika aku hanya berkubang dalam kegelisahanku sendiri, aku akan lumer, leleh, dan melemah.

Tapi jika aku bekerja karena kegelisahanku atas kebaikan keluarga dan sesamaku, Tuhan yang akan mengurus kegelisahanku.

Tuhanku Yang Maha Pemelihara,

Tenagailah upayaku untuk menjadi pembebas bagi kegelisahan keluarga dan sesamaku, agar aku sesuai untuk Kau bebaskan dari kegelisahanku sendiri.

Jadikanlah aku jiwa yang mampu menari indah di atas kegelisahanku, yang bersegera bertindak karena kegelisahan, dan yang menemukan kekuatan yang besar dalam kegelisahan.

Jadikanlah aku jiwa sejahtera yang mendamaikan kegelisahan keluarga dan sesamaku.

Aamiin
Sumber: MT

Jumat, 10 Februari 2012

APA SAAT YANG PALING DEKAT DENGAN KITA ?

Beberapa hari terakhir ini saya dikejutkan dengan beberapa berita mengagetkan dan menyedihkan.
Ketika saya hendak pergi ke sekolah, tiba-tiba keponakan saya bilang bahwa guru-guru  sedang pergi ke rumah Bu Sar karena suaminya meninggal. Betapa kagetnya saya karena kemarin tidak ada berita bahwa suaminya sedang sakit.  Ternyata penyebab meninggalnya suami Bu Sar karena serangan darah tinggi.
Dalam saat yang bersamaan, saya dapat sms dari suami bahwa salah seorang tetangga saya jatuh di kamar mandi karena serangan darah tinggi dan sekarang dibawa ke rumah sakit dalam keadaan kritis, Masya Alloh.
Besoknya, saya dapat berita bahwa salah seorang teman saya meninggal karena serangan jantung ketika sedang makan dengan istrinya, Innalillahi wa inna ilaihi rojiun.
Dari beberapa peristiwa yang beruntun itu ternyata kita dapat mengambil ibrah bahwa jika Sang Khliq menghendaki maka saat dipanggil kepada Nya kita tidak bisa menolak, harus selalu ready. Kembali kepada Sang Khaliq adalah saat yang paling dekat dengan kita setiap waktu. Lalu bagaimana persiapan kita menghadapinya?
 Sesungguhnya manusia sudah terkepung oleh ajalnya, tetapi mereka mengejar angan-angan yang tidak sudah. Betapa kita ditertawakan oleh takdir, ke mana saja kita pergi dan apa saja keinginan, semuanya kembali kepada qada dan qadar-Nya.
Jadi mengapa manusia melupakan kematian? Bukankah akan sampai saat matanya ditutup dan tidak boleh dibuka kembali, nafas dihirup tidak dapat dihembus lagi, saat kaki kanan melangkah dan belum pasti yang kiri akan sampai, saat menyuap rezeki yang belum tentu dapat ditelannya?
Betapa berharganya masa diberikan Tuhan kepada manusia, mungkin seminggu atau sehari lagi ajal akan datang, segala kemungkinan boleh berlaku di mana saja. Di atas jalan raya atau di pasar, di masjid atau dalam kamar, di bumi mana dia dijemput, tiada siapa yang tahu.
Jika ditanya bilakah kamu mahu membuat persediaan menghadap Allah, maka mereka menjawab: “Tunggulah hari tua nanti, sekarang aku mahu kumpulkan harta sebanyak-banyaknya supaya senang beribadah di kala tua.”
Selepas datangnya tanda mati, gugurnya gigi, tumbuhnya uban dan datang pula penyakit yang melemahkan tubuh badannya, maka orang tua ini pun berdolak-dalih: “Aku sakit, tak boleh sembahyang, tak wajib puasa, zakat dan sedekah pula tak payahlah keluarkan sebab anak aku perlukan rumah dan banyak hutang pula, lebih baik hulurkan kepada mereka hartaku ini, orang tua yang kedekut akan menerima padah nanti, bagaimana jika anak aku tidak mahu memelihara aku? Ada duit anak pun datang tak ada duit tinggallah aku keseorangan.”
Lalu dia menganggap baik kelalaian atas sebab uzur, maka dihembuslah ke dalam hatinya tipu daya syaitan yang menyuruh untuk bersangka baik kepada Allah secara yang silap, bukankah Allah maha penyayang?
Dia tidak akan menyeksa hambanya yang uzur. Atas sebab dan alasan kelemahan jasadnya dia tinggalkan amal, ketepikan ilmu dan tutup pintu hatinya untuk beribadah. Tetapi agenda memuaskan hawa nafsunya tetap berjalan, makan tidak mahu berpantang, jika berhibur mengalahkan orang muda.
Siang sampai ke malam dihabiskan di hadapan televisyen. Al-Quran dilupa, sembahyang pula tidak ingat. Datang pula penyakit hati yang biasa menyerang orang tua seperti, sedih, risau, cepat terasa hati dan menyangka buruk kepada sesiapa dikenali seperti anak atau menantu dan cucu-cicit. Begitulah belitan syaitan menguasai insan yang malang.
Allah berfirman mengenai keadaan manusia sebegini yang bermaksud: “Dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah dan kamu sudah ditipu terhadap Allah oleh syaitan yang amat penipu.” (Surah al-Hadid, ayat 14)
Kelalaian adalah penyakit yang dideritai setiap insan. Ia lebih merbahaya daripada segala penyakit di dunia ini kerana setiap penyakit ada ubatnya dan hanya memberi impak pendek serta sementara. Tetapi kelalaian akan menghasilkan penyesalan selama-lamanya pada akhirat kelak.
Bagi orang muda, biasanya kesihatan dan kenikmatan duniawi menjadi faktor membuat mereka tertipu. Semasa sihat, banyak masa kosong dan harta masih berlonggok, amat malas beribadat kerana saat itu manusia berada dalam zon selesa. Jika ujian dan musibah datang barulah hati tergerak ingat kepada dosa dan berubah taat merapati Allah.
Jika cepat sedar, alangkah bersyukurnya orang memiliki jiwa seperti ini, dia sentiasa berwaspada daripada tipu daya syaitan. Tetapi jika terlalu asyik dengan nikmat dunia hingga lupa segala-galanya, musibah sekeras apapun tak akan menggoyahkan hatinya untuk tunduk kepada Allah.
Untuk mendidik jiwa supaya sentiasa merasai pendeknya usia tentu amatlah susah melainkan dengan latihan yang terancang dengan baik. Latihan mengingati mati boleh dilakukan dengan pembacaan dan kajian yang lebih mendalam mengenainya.
Ilmu penting untuk membentuk suatu penghayatan yang sempurna. Ayat al-Quran dan hadis membincangkan hari akhirat, hidup sesudah mati dan pembalasan syurga serta seksa neraka boleh melembutkan hati manusia dan menjaganya dalam lingkungan celik iman.
Rasulullah SAW juga menyuruh umatnya untuk mengamalkan ziarah kubur. Tidaklah pelik jika kita membawa ahli keluarga bersama singgah ke tanah perkuburan bagi mengingati mati, bahkan yang pelik adalah membawa anak ke tempat melalaikan.
Di perkuburan kita disyariatkan untuk mengucapkan salam dan berdoa untuk saudara kita dengan harapan supaya keinsafan sebati dalam jiwa yang selalu lalai dan sedar atas segala kejahatan diri kerana apabila berada dalam kubur, tiada siapa boleh membantu.
Senang sungguh jika membayangkan mahu membina rumah dengan kos yang tinggi, sudah tentulah ia harus dibayar dengan jerih payah yang menyeksa jiwa, tetapi susah sangat hendak membuat persediaan membina rumah idaman di dalam kubur yang lebih indah.
Manusia boleh berbangga dengan istana yang bermandikan cahaya kristal gemerlapan, tetapi yang hanya boleh menerangi kuburnya hanyalah al-Quran dan amal salih yang dicintai ketika di dunia ini.
Kematian
Kematian adalah misteri yang tidak akan terpecah dengan fahaman rasional semata. Manusia perlukan iman untuk melalui perjalanan menuju kematian dengan reda dan bersedia.
Sesungguhnya manusia sudah terkepung oleh ajalnya, tetapi mereka mengejar angan-angan yang tidak sudah. Betapa kita ditertawakan takdir, ke mana saja kita pergi dan apa saja keinginan, semuanya kembali kepada qada dan qadar-Nya.
Betapa berharganya masa diberikan Tuhan kepada manusia, mungkin seminggu atau sehari lagi ajal akan datang, segala kemungkinan boleh berlaku di mana saja. Di atas jalan raya atau di pasar, di masjid atau dalam kamar, di bumi mana dia dijemput, tiada siapa yang tahu.
Siang sampai ke malam dihabiskan di hadapan televisyen. Al-Quran dilupa, sembahyang pula tidak ingat. Datang pula penyakit hati yang biasa menyerang orang tua seperti, sedih, risau, cepat terasa hati dan menyangka buruk kepada sesiapa dikenali seperti anak atau menantu dan cucu-cicit. Begitulah belitan syaitan menguasai insan yang malang.
Bagi orang muda, biasanya kesihatan dan kenikmatan duniawi menjadi faktor membuat mereka tertipu.
Untuk mendidik jiwa supaya sentiasa merasai pendeknya usia tentu amatlah susah melainkan dengan latihan yang terancang dengan baik. Latihan mengingati mati boleh dilakukan dengan pembacaan dan kajian yang lebih mendalam mengenainya.
Ayat al-Quran dan hadis membincangkan hari akhirat, hidup sesudah mati dan pembalasan syurga serta seksa neraka boleh melembutkan hati manusia dan menjaganya dalam lingkungan celik iman

Senin, 06 Februari 2012

Ya Habib aku Datang!

Saat itu semakin dekat,
Semakin terasa getar yang menggelora dalam dada
Semakin terasa hampa dan nelangsa
Kenapa????
Yang seharusnya......
Ku isi celah2 yang kosong dengan lantunan ayat2Mu
Ku isi kehampaan dengan indahnya keagungan Asma Mu
Tapi......
Dunia membuatku terpesona, terjerat dalam cinta dan kasih
Sehingga aku merasa terikat dan terbelenggu oleh kenikmatannya
Rabb,
Tariklah aku kembali ke dalam ikatan Mu
Ikatlah aku dalam dekatan cinta Mu
Hadirkan aku dalam rindunya salah seorang kekasih Mu
Panggil........panggillah aku
Untuk segera datang ke tempatMu
Ke tempat yang dirindukan
Ke tempat yang indah dan mulia
Ke mahligai cinta Mu
Baitulloh

Minggu, 05 Februari 2012

Meneladani Rasululloh SAW dalam Profesi Guru

Nabi Muhammad SAW adalah seorang guru yang patut kita renungkan tentang keteladan beliau.  Seperti yang tercantum dalam QS. 33.ayat 21 : ”Sungguh terdapat keteladanan yang baik dalam diri Rasululloh SAW”. Rasulullah SAW adalah seorang Mahaguru yang patut diteladani oleh seluruh guru di muka bumi karena tugas yang pertama kali diembannya adalah menyuruh manusia untuk dapat ”membaca”. Membaca ini adalah hal yang sangat penting untuk pertama kali diajarkan kepada anak didik, karena dengan membaca seseorang dapat mengenali seluruh hal yang yang ada di muka bumi. Seperti kata pepatah bahwa ”membaca adalah jendela ilmu”, jadi tanpa membaca kita tidak akan tahu apa yang tejadi di dunia.
Sungguh sangat patut ditiru bahwa dalam melaksanakan tugasnya, Beliau selalu mensucikan dirinya baik suci lahir maupun batin, kesucian dalam melaksanakan tugas ini diperintahkan dalam QS. Al Mudatsir ayat 4 : ”Dan pakaianmu sucikan”. Sebagai seorang guru, Rasululloh SAW selalu tampak bersih dalam pakaian, Beliau orang yang sangat menjaga kesucian pakaian dari hal-hal yang najis. Muka Beliau sangat bersih bercahaya karena selalu terbilas oleh air wudhu. Kata-kata Beliau selalu terjaga dari perkataan yang kotor,sangat santun dan penuh dengan pujian dan doa.
GURU adalah orang yang patut digugu dan ditiru, perilaku yang patut digugu dan ditiru adalah perilaku yang mengandung keteladan. Seorang guru harus menjadi teladan bagi anak didiknya. Dalam Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional  pasal 40 ayat 2 dikemukan bahwa guru sebagai pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban :
Pertama, Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan , kreatif, dinamis dan dialogis.
Kedua, Mempunyai komitmen secara professional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan
Ketiga, Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya
Dalam memberi keteladan ini sudah sepatutnyalah seorang guru meniru keteladan Rasulullah SAW, karena akhlak Beliau adalah Quran dan Hadits, maka insya Alloh nilai-nilai pendidikan yang disampaikan kepada anak didik tidak akan terlepas dari tuntunan nilai-nilai Ilahiah. Nilai-nilai Ilahiah sangat fundamental dimiliki oleh anak didik, karena nilai-nilai inilah yang akan membentuk karakter dan pribadi bangsa di masa yang akan datang. Jadikanlah anak didik kita generasi pembangun bangsa yang berakhlak mulia seperti yang dicontohkan oleh Rasululloh SAW.
Dedi Supriadi (1982:2) mengungkapkan, guru merupakan sentral dari semua upaya kegiatan pendidikan dan agen dalam pembaharuan pendidikan. Belajar adalah suatu proses perubahan. Sebagai orang yang patut digugu dan ditiru maka guru harus memiliki sikap dan perilaku yang harus diteladani dan dapat memberikan perubahan sikap dan perilaku bagi anak didiknya. Keteladanan dalam proses pendidikan merupakan metode yang sangat tepat untuk menjadikan seseorang menjadi manusia yang berakhlak mulia. Keteladan adalah landasan utama untuk menjadi seorang guru yang professional.
Dewasa ini perubahan sikap dan perilaku harus menjadi sasaran utama pembaharuan pendidikan karena merosotnya nilai moral dan akhlak menyebabkan keterbelakangan bangsa ini menduduki posisi terendah di bidang pendidikan. Era globalisasi memberikan dampak yang sangat luas bagi pergaulan generasi muda, diantaranya dampak negatif dengan berkurangnya nilai-nilai etika dalam perilaku sosial dan masyarakat, pergaulan bebas, narkoba, geng motor, tawuran dan sebagainya menimbulkan keresahan yang sangat besar di tengah masyarakat, mengganggu ketentraman lingkungan.
Seorang guru professional menurut Uzer Usman adalah ; “Dia akan memperkaya diri dengan berbagai ilmu pengetahuan untuk melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dalam intraksi belajar mengajar sehingga dengan kemampuannya baik dalam hal metode mengajar, gaya mengajar ataupun penyampaian materi pelajaraan bisa menyukseskan intraksi belajar mengajar atau pun proses belajar mengajar”
Seorang guru profesional, tidak hanya pandai mengajar dan menyampaikan informasi kepada anak didik, tapi yang terpenting adalah dia dapat menjadi panutan dan idola bagi anak didik, sehingga apa yang dilakukannya akan digugu dan ditiru oleh anak didik. Seseorang akan mudah meniru apa yang dilakukan oleh idolanya itu. Marilah kita menjadi guru yang professional yang diawali dengan menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari sehingga apa yang kita lakukan dapat ditiru oleh anak didik kita. Semoga Alloh SWT memberi kekuatan kepada kita untuk menjadi seorang guru professional yang ikhlas dan menjadikan pekerjaan kita sebagai ladang amal sholeh sebagai bekal untuk kehidupan kita di dunia dan akhirat, Amin ya Robbal alamin.
 

Kamis, 02 Februari 2012

MAU SUKSES?

"Bukan masalah besar yang mengirimi kita kerumah sakit jiwa, bukan hilangnya kekasih, melainkan hanya putusnya tali sepatu di saat kita mesti bergegas" (Charles Bukowski)
Ledakan emosi kadang-kadang bukan disebabkan oleh masalah-masalah yang besar, tetapi kadang berawal dr hal yang sepele atau kecil. Hal ini disebabkan oleh ketika kita sedang menghadapi masalah yang sepele kondisi kita dalam keadaan tidak stabil, sensitif dan emosional. Kondisi-kondisi ini berada dalam ranah internal kita yang tanpa disadari bisa keluar dalam bentuk ledakan-ledakan emosi yang tidak terkendali. Mengapa hal ini bisa terjadi? Kondisi internal yang tidak stabil ini bisa disebabkan oleh rasa aman (self confidence) yang terganggu, tidak percaya diri atau citra diri dan konsep diri yang kurang baik (self image and self concept). Hal ini bisa disebabkan oleh lingkungan yang membuat keadaan demikian, misal ejekan dari teman, sering dimarahi orangtua, guru yang tidak memberi reward (dukungan) dsb. Untuk mengatasi masalah itu harus dibangun kesdaran diri untuk bangkit dengan meningkatkan efikasi diri yang kuat, yaitu harapan untuk sukses yang dilandasi dengan keyakinan diri yang kuat. Bagaimana caranya? Coba bercerminlah kepada diri sendiri, lihat kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Lalu atasi setiap kelemahan dengan upaya-upaya yang mendukung kepada kelebihan yang dimiliki. Maka setiap kelemahan sedikit demi sedikit akan tertutup oleh kelebihan-kelebihannya. Yang terpenting disini adalah kuatkan keyakinan dirinya akan keberhasilan yang dicapainya. Wallahu a'lam bissowab

Rabu, 01 Februari 2012

Bahagia dalam Cinta

... ARTI BAHAGIA BERSAMA YANG DICINTA ...

.

.

Bismillahir-Rahmanir-Rahim ...Salah satu kebahagiaan adalah ketika melihat orang yang kita cintai bahagia. Kebahagiaan jenis ini levelnya lebih tinggi dari kebahagiaan yang bersifat individual. Boleh jadi, ini masuk dalam kategori kebahagiaan sosial.



 

Tidak gampang untuk memperoleh kebahagiaan jenis ini. Apalagi bagi mereka yang bersifat egois. Semua kebahagiaannya diukur dari kebahagiaan diri sendiri. Orang yang demikian adalah tipikal 'pemburu kebahagiaan', yang justru tidak pernah menemukan kebahagiaan...

 

Berumah tangga adalah sebuah cara untuk memperoleh kebahagiaan, dengan cara membahagiakan pasangan kita. Partner kita. Istri atau suami. Bisakah itu terjadi? Bisa, ketika berumah tangga dengan berbekal cinta. Bukan sekadar berburu cinta. Lho, memang apa bedanya?

 

Berbekal cinta, berarti kita mencintai pasangan kita. Ingin memberikan sesuatu kepada pasangan agar ia merasa bahagia. Sedangkan berburu cinta, berarti kita menginginkan untuk dicintai. Menginginkan sesuatu dari pasangan kita, sehingga kita merasa bahagia.

 

Menurut anda, manakah yang lebih baik? Mengejar cinta atau memberikan cinta? Mengejar kebahagiaan ataukah memberikan kebahagiaan? Mengejar kepuasan ataukah justru memberikan kepuasan? Mana yang bakal membahagiakan, yang pertama ataukah yang ke dua?

 

Ternyata, yang ke dua. Mengejar cinta hanya akan mendorong anda untuk berburu sesuatu yang semu belaka. Yang tidak pernah anda raih. Karena, keinginan adalah sesuatu yang tidak pernah ada habisnya. Apalagi keserakahan.

 

Hari ini Anda merasa memperoleh cinta dari pasangan Anda, maka berikutnya anda akan merasa tidak puas. Dan ingin memperoleh yang lebih dari itu. Sudah memperoleh lagi, berikutnya anda akan ingin lebih lagi.

 

Ini hampir tak ada bedanya dengan ingin mengejar kesenangan dengan cara memiliki mobil atau rumah. Ketika kita masih miskin, kita mengira akan senang memiliki mobil berharga puluhan juta rupiah. Kita berusaha mengejarnya. Lantas memperolehnya. Dan kita memang senang.

 

Tapi, tak berapa lama kemudian, kita menginginkan untuk memiliki mobil yang berharga ratusan juta rupiah. Mobil yang telah kita miliki itu tidak lagi menyenangkan, atau apalagi membahagiakan.

 

Benak kita terus menerus terisi oleh bayangan betapa senangnya memiliki mobil berharga ratusan juta rupiah. Jika kemudian kita bisa memenuhi keinginan itu, kita pun merasa senang. Tetapi, ternyata itu tidak lama. Benak kita bakal segera terisi oleh bayangan-bayangan, betapa senangnya memiliki mobil yang berharga miliaran rupiah. Begitulah seterusnya. Coba rasakan hal ini dalam kehidupan anda, maka anda akan merasakan dan membenarkannya.

 

Kesenangan dan kebahagiaan itu bukan anda peroleh dengan cara mengejarnya, melainkan dengan cara merasakan apa yang sudah anda miliki. Dan jika anda mensyukurinya, maka kebahagiaan itu akan datang dengan sendirinya pada perubahan yang datang berikutnya.

 

Anda tak perlu mengejar kebahagiaan, karena anda sudah menggenggamnya. Yang perlu anda lakukan sebenarnya adalah memberikan perhatian kepada apa yang sudah anda miliki. Bukan melihat dan mengejar sesuatu yang belum anda punyai. Semakin anda memberikan perhatian kepada apa yang telah anda miliki, maka semakin terasa nikmatnya memiliki. Jadi, kuncinya bukan mengejar, melainkan memberi.

 

Demikian pula dalam berumah tangga. Jika kita ingin memperoleh kebahagiaan, caranya bukan dengan mengejar kebahagiaan itu. Melainkan dengan memberikan kebahagiaan kepada pasangan kita. Bukan mengejar cinta, melainkan memberikan cinta. Bukan mengejar kepuasan, melainkan memberikan kepuasan.

 

Maka anda bakal memperoleh kebahagiaan itu dari dua arah. Yang pertama, anda akan memperolehnya dari pasangan anda. Karena merasa dibahagiakan, ia akan membalas memberikan kebahagiaan.

 

Yang ke dua, kebahagiaan itu bakal muncul dari dalam diri anda sendiri. Ketika kita berhasil memberikan kepuasan kepada pasangan kita, maka kita bakal merasa puas. Ketika berhasil memberikan kesenangan kepada partner kita, maka kita pun merasa senang. Dan ketika kita berhasil memberikan kebahagiaan kepada istri atau suami kita, maka kita pun merasa bahagia.

 

Ini, nikmatnya bukan main. Jumlah dan kualitasnya terserah anda. Ingin lebih bahagia, maka bahagiakanlah pasangan anda. Ingin lebih senang, maka senangkanlah pasangan anda lebih banyak lagi. Dan, anda ingin lebih puas? Maka puaskanlah pasangan anda dengan kepuasan yang lebih banyak. Anda pun bakal merasa semakin puas. Terserah anda, minta kesenangan, kepuasan, atau pun kebahagiaan sebesar apa. Karena kuncinya ada di tangan anda sendiri. Semakin banyak memberi semakin nikmat rasanya.

 

Anda yang terbiasa egois dan mengukur kebahagiaan dari kesenangan pribadi, akan perlu waktu untuk menyelami dan merenungkan kalimat-kalimat di atas.

 

Contoh yang lebih konkret adalah perkawinan dengan cinta yang bertepuk sebelah tangan. Perkawinan semacam ini sungguh membuat menderita pihak yang tidak mencintai. Padahal ia dicintai. Segala kebutuhannya dipenuhi oleh pasangannya. Katakanlah ia pihak wanita.

 

Segala kebutuhan sang wanita selalu dipenuhi oleh suaminya. Rumah ada. Mobil tersedia. Pakaian, perhiasan, dan segala kebutuhan semuanya tercukupi. Tetapi ia tidak pernah merasa bahagia. Kenapa? Karena tidak ada cinta di hatinya.

 

Sebaliknya, sang suami merasa bahagia, karena ia mencintai istrinya. Ia merasa senang dan puas ketika bisa membelikan rumah. Ia juga merasa senang dan puas ketika bisa membelikan mobil.

 

Dan ia senang serta puas ketika bisa memenuhi segala kebutuhan istri yang dicintainya itu. Semakin cinta ia, dan semakin banyak ia memberikan kepada istrinya, maka semakin bahagialah sang suami. Kalau ia benar-benar cinta kepada istrinya, maka ukuran kebahagiaannya berada pada kebahagiaan si istri. Jika istrinya bahagia, ia pun merasa bahagia. Jika istrinya menderita, maka ia pun merasa menderita.

 

Akan berbeda halnya, jika si suami tidak mencintai istri. Ia sekadar menuntut istrinya agar mencintainya. Memberikan kesenangan, kepuasan dan kebahagiaan kepadanya. Ketika semua itu tidak sesuai dengan keinginannya, maka ia bakal selalu merasa tidak bahagia. Tidak terpuaskan.

 

Sebaliknya, jika istri tersebut kemudian bisa mencintai suaminya - karena kebaikan yang diberikan terus menerus kepadanya - maka si istri itu justru bakal bisa memperoleh kebahagiaan karenanya.

 

Pelayanan yang tadinya dilakukan dengan terpaksa terhadap suaminya, kini berganti dengan rasa ikhlas dan cinta. Tiba-tiba saja dia merasakan kenikmatan dan kebahagiaan yang tiada terkira.

 

Kalau dulu ia memasakkan suami dengan rasa enggan dan terpaksa, misalnya, kini ia melakukan dengan senang hati dan berbunga-bunga. Kalau dulu ia merasa tersiksa ketika melayani suami di tempat tidur, kini ia merasakan cinta yang membara.

 

Ya, tiba-tiba saja semuanya jadi terasa berbeda. Penuh nikmat dan bahagia. Padahal seluruh aktivitas yang dia lakukan sama saja. Apakah yang membedakannya? Rasa cinta!

 

Ketika ‘berbekal cinta’, semakin banyak ia memberi, semakin banyak pula rasa bahagia yang diperolehnya. Hal ini memberikan gambaran kepada kita bahwa yang bahagia itu sebenarnya bukanlah orang yang dicintai, melainkan orang yang mencintai. Orang yang sedang jatuh cinta...

 

Karena itu keliru kalau kita ingin dicintai. Yang harus kita lakukan adalah mencintai pasangan. Semakin besar cinta kita kepadanya, semakin bahagia pula kita karenanya. Dan yang ke dua, semakin banyak kita memberi untuk kebahagiaan dia, maka semakin bahagialah kita...

 

Begitulah mestinya rumah tangga kita. Bukan saling menuntut untuk dibahagiakan, melainkan saling memberi untuk membahagiakan. Karena di situlah kunci kebahagiaan yang sebenar-benarnya memberikan kebahagiaan...

 

~ o ~