Banyak dikisahkan bahwa kebesaran kasih ibu tak terhingga yang tak kan terbalas oleh segala sesuatu pun. Di bawah ini dikisahkan betapa besarnya kasih sayang seorang ibu sampai-sampai beliau rela mempertaruhkan nyawanya untuk kehidupan buah hatinya tercinta. Dalam QS. Al Ahqaf ayat 15, Alloh berfirman : “dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orangtuanya. Ibunya yang telah mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah.” Hanya perbuatan baik seorang anak kepada keduaorangtuanyalah yang dapat membalas kasih sayang kedua orangtua (wallohua’lam bissowab)
Kisah pertama: Saya dilahirkan di tengah keluarga dengan banyak anak. Saudaraku semuanya berjumlah 7 orang. Kedua orangtuaku bekerja sebagai guru di sekolah negeri. Mereka membesarkan kedelapan anak dalam keadaan yang tidak memiliki waktu yang banyak. Kami dididik dalam keadaan disiplin yang ketat terutama dari segi waktu. Sejak kecil kami selalu bangun subuh, lalu semuanya dimandikan secara bergantian, kemudian sholat berjamaah dan dilanjutkan sarapan bersama di meja makan. Setelah sarapan kedua orangtuaku pergi bekerja, dan kami anak-anaknya sudah memiliki tugas masing-masing untuk mengurus rumah dan mengurus keperluan sendiri. Sepulang dari mengajar, ibuku langsung memasak untuk makan kami sekeluarga sampai sore. Setelah makan malam berjamaah, ibuku selalu mengerjakan tugas-tugas sekolah sampai larut malam. Tak terlihat kelelahan dalam raut mukanya, tak pernah terdengar kata-kata keluhan dari mulutnya, yang ada senyum dan kata-kata lembut yang selalu membesarkan hati kami untuk selalu bersama dalam keadaan suka maupun duka. Tak boleh ada pertengkaran, apalagi sifat iri dan dengki diantara kami bersaudara. Ibuku selalu menjadi penengah yang menyejukkan hati sehingga kami selalu menerima dan memahami setiap kesalahan dan kekurangan diantara kami. Sampai saat ini setelah kami dewasa dan berkeluarga, ibuku selalu menyediakan waktunya untuk mengurus cucu-cucunya apabila kami bekerja. Subhanalloh.......Ibu...., kami tak kan pernah bisa membalas jasa-jasamu sampai kapan pun, semoga Alloh membalas semua kebaikan mu di dunia dan akhirat.
Kisah kedua: Saya berasal dari keluarga yang sederhana, ayahku seorang pegawai lapangan di perusahaan swasta dan selalu bepergian keluar kota. Ibuku seorang ibu rumahtangga yang tidak boleh bekerja oleh ayah, dan hanya mengurus anak-anak dan rumahtangga. Kami lima bersaudara, keadaan keluarga kami tidak berlebihan, bahkan sangat pas-pasan. Disaat ayah sedang di luar kota, ibu harus mencukupkan biaya hidup yang pas-pasan sampai ayah kembali. Terkadang biaya itu sudah habis sebelum ayah pulang, untuk itu, ibu selalu berusaha mencari pinjaman kesana kemari atau membuat seseuatu yang bisa dijual untuk menyambung biaya hidup kami. Saya sebagai anak tertua, merasa prihatin melihat keadaan ibu yang berjuang mencukupi kekurangan kebutuhan hidup kami, sementara ayah ketika pulang hanya memberikan biaya secukupnya untuk keperluan kami. Tapi saya melihat ibu selalu tersenyum menerima setiap pemberian ayah dan mengucapkan terimakasih sebagai rasa syukur atas rijki yang diperolehnya. Ibu tidak pernah mengeluh atau mencerikan tentang kekurangan biaya hidup yang dialaminya kepada ayah, sehingga ayah hanya tau biaya itu cukup untuk kami sekeluarga, Subhanalloh....Ibu.....jasamu tiada tara.
(bersambung......)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar